Peduli Kemanusiaan - Ghouta Timur Digempur, Suriah Kembali Berdarah-Darah

ACTNews, GHOUTA TIMUR – Teriakan
takut lantang menyergap. Kekalutan suara meminta tolong bergema di semua
sudut Kota Ghouta Timur, tak jauh dari Damaskus, Ibukota Suriah.
Kepanikan luar biasa terjadi dalam 48 jam terakhir. Darah dan debu
menyatu, kematian warga sipil Suriah kembali menjadi kabar duka.
Sejak Senin (19/2) di balik runtuhan, di balik tembok yang
porak-poranda, kalut dan takut warga Ghouta Timur tak berhenti
bersahutan. 48 jam terakhir, beberapa rekaman video yang diunggah
sejumlah kantor berita internasional, menunjukkan ketakutan dan horor
sedang benar-benar terjadi di Ghouta Timur.

Menembus kepulan debu runtuhan bangunan, si bayi digendong dengan
tergesa, sementara wajah si bayi sudah penuh dengan luka dan debu.
Anak-anak bergegas dikeluarkan dari runtuhan rumah, dari bangunan tinggi
serupa rumah susun. Anak-anak prioritas pertama diselamatkan.
Hanya putih abu-abu yang menjadi latar. Debu masih bertebaran.
Pondasi nyaris seluruh bangunan tinggi di Ghouta Timur ambruk. Gempuran
dari udara tak berhenti dijatuhkan, bombardir masif menerjang apapun
target yang berdiri di atas tanah.
Laman Al-Jazeera menuliskan, selama 48 jam terakhir, dimulai sejak
Senin (19/2) bombardir masif lewat serangan udara dan serangan darat
sedang digencarkan oleh pasukan pemerintah Suriah. Serangan terfokus di
wilayah Ghouta Timur.

Artileri berat yang dijatuhkan oleh Rezim Pemerintah Suriah tak
memilih siapa yang bakal jadi targetnya. Meski target serangan
digadang-gadang mengarah ke pihak oposisi pemerintah yang berbasis di
Ghouta Timur, namun nyatanya ribuan warga sipil kembali menjadi korban.
Laporan dari berbagai pihak menjadi saksi mata di Ghouta Timur
mengatakan, setiap menitnya sekitar 20-30 serangan jatuh di pemukiman.
Menyasar ke 10 desa-desa di sepanjang Ghouta Timur, khususnya di wilayah
Hammouriyeh dan Sabka.
Sampai kabar ini dituliskan, akibat serangan udara dalam 48 jam
terakhir, sedikitnya 250 warga Ghouta Timur tewas, termasuk lebih dari
50 orang anak-anak dan bayi yang tak sempat terselamatkan. Angka
kematian warga sipil diperkirakan masih bakal terus bertambah,
tersembunyi di balik runtuhan.

Serangan terburuk sejak tahun 2013
Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan, horor yang
terjadi 48 jam terakhir adalah serangan terburuk dan terbesar di Ghouta
Timur. Jumlah kematian dalam dua hari yang kelam di Ghouta Timur
melampaui jumlah kematian pasca serangan kimia tahun 2013 lalu.
“Pesawat jet tempur Suriah tidak berhenti melintasi langit di atas
Ghouta Timur. Mereka menjatuhkan rudal dari udara. Ketika serangan dari
langit berhenti, mereka melanjutkan dengan menembaki kami dengan misil,”
kata Shams, ibu dari dua anak di Ghouta Timur, dilansir Al-Jazeera.
Sejumlah doktor lokal di Damaskus mengatakan bahwa serangan kali ini menjadi yang paling “gila dan mematikan”.
“Kejadian ini benar-benar tidak bisa dijelaskan. Siang dan malam,
rudal itu jatuh di pemukiman penduduk di Ghouta Timur. Semua dalam
kekacauan. Mengingatkan kami dengan apa yang terjadi ketika warga sipil
di Aleppo dibombardir beberapa tahun lalu,” ujar Khalid Abulabed, doktor
lokal asal Damaskus berkata pada Al-Jazeera.

Ghouta Timur menjadi target dari rezim Pemerintah Suriah untuk
melawan pihak oposisi. Tujuan utama dari rezim Bashar Al-Assad adalah
merebut kembali Ghouta Timur yang menjadi basis oposisi terakhir. Sejak
tahun 2013 lalu, Ghouta Timur dikepung dan diblokade. Bombardir lewat
serangan udara dilakukan ke semua sudut Ghouta Timur. Menyerang warga
sipil, meluluhlantakkan pemukiman juga pabrik roti, pasar, dan fasilitas
lain yang menjadi tempat persediaan makanan.
Sementara itu, sampai hari ini, Ghouta Timur pun menjadi rumah bagi 400.000 populasi penduduk sipil. []
Sumber gambar: Anadolu, Reuters, Al-Jazeera
Sumber,https://act.id